liputan 4 subuh

baiklah, daripada saya terus berusaha memberikan tips kurang berguna (padahal curhat), mungkin ada baiknya saya melaporkan apa yang saya alami Sabtu kemarin.

jadi, kemarin ada banyak acara musik yang berlangsung di Bandung. Yang saya tahu ada Hearing Session Polyester Embassy 2nd album, The Experience Brothers launching album, acara di Unpar, dan acara di PVJ. Belum termasuk acara khitanan / nikahan yang berlangsung, yang pastinya ada band-bandnya juga kan ya.

Sayangnya karena saya tidak bisa menghadiri semuanya tentu saja, saya hanya datang ke dua acara. Hearing Session PE saya hadiri, tentu saja karena sayangnya saya bertugas sebagai pembawa acara di situ. The Experience Brothers karena teman-teman saya pada dateng dan jujur saja karena malas pulang ke rumah nun jauh di gunung, maka saya pasrah. Langsung saya bahas acara pertama aja ya : Hearing Session Polyester Embassy.

"good love is on the way, i can hear the steps. the faster you come, the longer we could play around"

saya yakin liriknya pasti salah, namun kira-kira begitulah sepenggal lirik yang paling saya kenang dari lagu Polyester Embassy - Good Love. Duh tetep curhat kan. Anyway, hearing session kemarin memutar total 7 lagu dari album mereka Fake / Faker. Album kedua mereka sendiri baru akan diluncurkan awal Mei nanti. Yang saya suka dari Polyester Embassy dari dulu ; mendengarkan mereka seperti menyimak Maybeshewill campur Nine Inch Nails. Ada bagian yang melankolis, ada bagian yang bikin excited, tapi secara keseluruhan mereka benar-benar menggarap sound-nya dengan detail, membuat saya yakin proses mixing memakan waktu yang tidak sebentar. Dan saya curiga sound layernya banyak sekali, sepertinya mereka menggarap setiap lagu dengan ketelatenan seorang koki membuat kue lapis legit. Layer per layer, tuang, tunggu setengah mateng, tambah layer selanjutnya, tunggu mateng lagi, dsb.

Dari lagu pertama yang mereka putar "Air", yang berbicara tentang air travel dimana waktu dan jarak seperti sudah tidak terasa lagi, mereka menonjolkan detail sound yang terinspirasi dari proses take off, turbulance, hingga landing. Mungkin kalau saya sudah dapet albumnya saya bakal dengerin lagu ini pake headphone, karena katanya mereka menjanjikan kualitas suara yang bikin tersiksa kayak lagi turbulance. Kiri-kanan-kiri-kanan. Tapi karena ketika acara hearing session saya berdiri tepat di sebelah speaker sebelah kanan, alhasil saya nyaris nggak nangkep setengah dari turbulance itu. Point taken : seandainya Tuhan berkenan mempermalukan saya lagi dengan menjadikan saya sebagai MC, ada baiknya saya tidak berdiri di sebelah speaker.

Lagu kedua "Later On", saya kurang nangkep liriknya, tapi katanya ini lagu cinta. Bukan cinta fitri ; tapi cinta antara ibu - anak. Bukan, ini bukan oediphus complex, goblok. Jangan suka suudzon dong. Ini cerita tentang seorang ibu yang rela memberikan nyawanya kepada anaknya, tentang penantian untuk kemudian dapat berjumpa kembali di dunia sana. Mungkin ini pengaruh Elang Eby yang baru menjadi ayah ya, dan sepertinya beliau sangat bersyukur tidak ada nyawa yang harus hilang dalam proses kelahiran. Lagu ini menarik, dan jujur sampai sekitar 5 menit kemudian saya masih terbayang bayang melodinya. Sayang sekali sekarang sudah lupa.

Lagu itu tanpa jeda langsung disambung "LSD" yang ternyata merupakan singkatan dari Light Sunny Day, bukan mengacu pada substansi yang bikin girang itu. Menurut Ekky, lagu ini adalah soundtrack yang paling cocok untuk didengarkan sambil naik motor Harley tahun 2000 ke atas menuju Las Vegas. Tapi PE juga tidak mengingkari bahwa lagu ini terinspirasi dari pengalaman mereka menggunakan substansi penggembira tersebut. Dari proses naik, pecah, sampai mau beres yang katanya kayak mau mati.

Yang diputar selanjutnya adalah lagu yang juga menjadi single pertama di album Fake/Faker ; "Space Travel Rock n Roll". Catchy. Itu yang saya tangkap secara keseluruhan. Ini adalah lagu dimana mereka menggunakan seorang additional trumpet player, yang lagi-lagi tidak berhasil saya tangkap suara terompetnya karena posisi berdiri saya yang sangat tidak menguntungkan. Lagu ini sengaja mereka pilih sebagai single pertama dari album mereka karena menurut mereka lagu ini paling berbeda. Memang, secara keseluruhan lagu ini tidak lagi meneriakkan "DESPERATION!" seperti lagu Polypanic Room di album pertama mereka. Ada sentuhan keceriaan samar-samar di lagu ini. Subtle touch of hope, ibarat dikasih lirikan malu-malu sama kecengan anda.


cemilan 6 jenis yang sukses diliatin sama mas-mas yth.


Lagu-lagu selanjutnya yang diputar di acara hearing session ini adalah Good Love, Fake/Faker dan terakhir ditutup dengan White Crimes. Overall, Polyester Embassy berhasil menyingkirkan kekhawatiran saya akan kualitas album kedua band-band pada umumnya ; menurun. Contohnya (menurut saya pribadi) adalah Bloc Party, CSS, Women, etc. Polyester Embassy di sisi lain berkembang, mungkin belum maksimal, tapi setidaknya mereka tidak berkembang ke arah yang salah. Yang pasti, saya angkat seluruh jempol di tangan&kaki saya karena mereka mau 'rewel' demi kesempurnaan sound dalam sebuah lagu. Sepertinya 9 lagu di album ini secara tidak langsung merupakan permohonan maaf mereka kepada para fans atas jeda antar album yang cukup panjang.



All photo courtessy of Lou Belle Shop

Acara kedua yang saya datangi setelah itu adalah The Experience Brothers launching album. Kalau nggak salah ini adalah launching album kedua mereka. Saya sebenernya belum pernah mendengarkan lagunya, tapi saya tahu band ini karena mereka sempat ngasih CD Demo buat acara Pasar Seni XXX XXXX. Tapi, maaf ya brothers, cd demo kalian hilang sebelum sempat saya dengarkan.

Maka saya datang ke acara ini, tepat ketika Katjie&Piering sedang memulai pertunjukkan nya. No comment. Skip aja ya. Maka The Experience Brothers pun menaiki panggung. Dari artwork albumnya juga terbayang musiknya. Dan dari genjrengan gitar pertama tepat seperti itulah lagunya. To be honest, i really don't dig this type of music. Katanya mereka berkolaborasi dengan 4 guest star, tapi berhubung dari 11 lagu yang mereka bawakan, 8 diantaranya saya habiskan di luar area konser sambil curhat, maka saya hanya sempat menyaksikan kolaborasi mereka dengan Iga Massardi (TTATW) dan Rekti Yoewono (The S.I.G.I.T). Kolaborasi bersama Iga mereka membawakan lagu The Black Keys - I Got Mine. Sedangkan kolaborasi bersama Rekti mereka membawakan lagu Led Zeppelin - Rock and Roll. I still don't dig their music, but sure that's quite a collaboration.

The Experience Brothers sendiri hanya beranggotakan 2 orang yang tentunya bersaudara, ditilik dari namanya pun sudah ketauan. Instrumennya hanya gitar dan drum. Di satu lagu yang sempat saya lihat, mereka menggunakan semacam sequencer. Tapi tetap saja, dengan formasi minimal, dan hanya dibantu sequencer yang berisikan layer nada tipis dan samar, penampilan mereka terkesan berenergi dan tidak terdengar minimalis sama sekali. Salut untuk The Experience Brothers, saya tahu kalian main di Java Fucking Rocking Land 2010 kemarin, karena kalian sendiri yang bilang begitu ke saya, ketika kalian menanyakan kepastian main di Pasar Seni XXX XXXX. Sekali lagi maaf saya menghilangkan CD Demo kalian.

Saya ngantuk. Semoga liputan ini lebih menghibur dan berguna dibanding artikel sucks di bawah artikel ini. "GOOD THINGS HAPPEN WHEN YOU GO FOR IT!"

No comments:

Post a Comment